Minggu, 16 Februari 2014

Menulis itu Membahagiakan


Halo Icha yang entik di Bogor.
Berangkat dari screencapture di atas, aku mau jawab pertanyaanmu dengan lebih lengkap di sini. Aku seneng pas kamu tanya "Nulis itu bahagia ya?". Yang pertama mau aku bilang adalah nulis itu memang membahagiakan :') sama kayak pas kamu asik-asikan scroll Path di tablet-mu, liatin update-an orang-orang dan nge-play nowplaying mereka. Kalo kamu lagi nge-Path biasanya akan tiba-tiba kedengeran suara musik dengan jumlah volume ganjil (yang cuma kamu yang tau). Bahagia gak? Asik gak? Itulah menulis bagi aku. Nulis itu membahagiakan. Sama kayak pas kamu melantunkan semua lagu yang terdengar oleh telinga kamu. Melihat kebiasaan kamu yang itu, aku jadi yakin kayaknya kamu hafal semua lirik lagu di dunia ini. Iya, lebay sih. Yang penting bahagia, kan? Nulis itu membahagiakan. Sama kayak pas kamu nemu view yang indah untuk foto. Dimanapun tempatnya, kapanpun waktunya. It's totally your cup of tea. So, to write is my cup of tea :') Cha, kata orang, jika tulisanmu dirasa kurang greget, itu artinya kamu harus lebih "sakit" lagi. Tapi percayalah, kamu nggak harus "sakit" dulu untuk bisa nulis. Justru kebahagiaanlah yang seharusnya lebih sering dituliskan.

Icha yang entik, bersyukurlah ada darah seni -terutama musik- yang mengalir dalam dirimu. Kamu tau? Sesungguhnya aku mau banget ikut les gitar juga pas kita di Pare kemarin. Tapi aku pikir-pikir lagi bahwa tujuan utama aku ke Pare bukan untuk itu. Bukan untuk secara paksa melahirkan seni musik dalam diriku. Makanya, les gitar yang kemarin itu jangan cuma disia-siakan ya, Cha. Emang nggak capek minta tolong orang terus untuk ngiringin kamu nyanyi? :D

Cha, apa kabar hatimu? Sudahkah serpihan retakannya kembali utuh? Sudah adakah yang kembali mengisi dan melapangkan dadamu di setiap detiknya? Sudah atau belum, yang kamu butuhkan itu bersabar dan mencoba melihat dunia dengan kacamata yang lebih bijak lagi. Aku salut pas denger cerita kamu tentang usaha kamu untuk tetep berbuat baik ke dia yang udah jahatin kamu. Jahatin kamu banget. Bahkan banyak temen-temen juga -termasuk aku- yang sering mengolok-olok dia karena sikap dia yang nggak seharusnya. Tapi kamu bilang kamu cuma mau berbuat baik ke dia. Mungkin juga ke semua orang. Semoga akan semakin banyak orang yang merelakan dirinya untuk membahagiakan kamu, Cha. Tuhan pasti membalas setiap perbuatan manusia :)

Cha, kamu tau gak? Orang-orang di sekitar kamu itu butuh perhatian kamu. Mereka pengen kamu dengerin cerita mereka. Mereka pengen kamu kasih nasihat ke mereka. Jangan cuma tablet kamu doang yang diperhatiin terus. Sometimes, all you have to do is give your own time to build their own "world". Mereka juga pengen kamu hadir ke dalam dunia mereka.

Cha, aku inget kamu pengen banget beliin pulau pribadi untuk Mama kamu. Supaya apa? Supaya Mamamu bisa lebih sering istirahat kan? Katanya Mamamu sibuk banget. Makanya kamu pengen Mama sejenak melepas penat di pulau yang kamu beliin untuk beliau.Cha, katanya sih nggak ada sesuatu yang nggak mungkin. Apalagi cuma keinginan kamu yang itu. Pasti kebeli kok pulau yang kamu pengen kasih ke Mama.

Cha, makasih udah mau mampir ke blog aku sponsored by Espresso terpelit. Coba jelasin Espresso terpelit itu maksudnya apa? Aku penasaran Cha kenapa kamu sering bikin istilah-istilah aneh. Espresso terpelit, DBL banget ini mah, sesepedaan, dll. Tapi gapapa. Lucu. Bisa bikin orang-orang di sekitarmu ketawa terus ikut-ikutan pake istilah-istilah kamu deh. Haha.

Icha yang entik, aku sudahi suratku di sini. Jadi diri kamu sendiri ya. Tapi jangan lupain kewajiban kamu terhadap orang lain :)

Salam,
Aku yang inisial namanya cocok sekali disandingkan dengan "my everything"
Tangerang, 15 Februari 2014, 23:07
#30HariMenulisSuratCinta