Jumat, 07 Desember 2012

Lupa

Setiap malam
Kamu selalu pukpuk tumpukan rindu
Kamu selimuti agar tak berkerut kedinginan
Kamu peluki hinggal bulan enggan melihat
Esoknya
Tumpukan rindu diam-diam menyelinap kabur
Mereka keluar dari dekapan hangat dadamu
Merayap lewat kolong kasur
Dari beranda
Matahari terbit tinggi
Di sana ada kuning
Dan tumpukan rindu merasa
Inilah kedamaian yang hening


19.15
07122012

Rabu, 21 November 2012

Ini Mimpi

Waktu itu, cita-cita saya adalah dokter. Dua detik kemudian saya ingin jadi polisi. Esok harinya ingin jadi astronot. Dua tahun kemudian ingin jadi sutradara. Tapi apa? Dua belas tahun kemudian saya hanya jadi pengamen. Di lampu merah, kereta api, bis kota, bahkan mengamen untuk diri sendiri. Mimpi saya saat kecil terperangkap di antara petikan senar dan jari saya. Paru-paru saya teracuni asap rokok dan mungkin sudah mulai berkerak. Padahal ini pinjaman Tuhan. Apa daya saya hanya bisa merusak.

Saya pikir kantor ber-AC adalah rumah kedua saya, Toyota Fortuner  adalah kendaraan saya dan sekretaris cantik nan seksi adalah makanan sehari-hari saya. Tapi apa? Sepertinya saya terlalu banyak tidur sampai lupa bahwa yang saya tiduri hanyalah tikar, dan bukan kasur. Saya lupa bahwa ada harga yang harus dibayar mahal bahkan untuk beberapa impian kecil.

Saya diam. Terpaku. Ah saya lelah bermain lego melulu. Dunia lego terlalu sempit. Tapi takdirnya Tuhan itu luas tak terhimpit. Saya kembali ke dunia konkret. Dan mulai membuat daftar mimpi baru yang lebih rumit. Ini kertas saya, dan bukan punya kamu. Ini papan ular tangga saya, dan kamu hanyalah dadu.

21112012
18.52

Jumat, 09 November 2012

Sajak Mencuci Piring

Piring kotornya menumpuk. Sudah dua bulan tak ada yang mencuci. Keluarga ini kehabisan uang untuk hidup. Lantaran terlalu sering membeli piring. Sang suami dipecat dari kantor. Setiap harinya ia membawa piring di pantry kantor ke rumah. Juga gelas, sendok serta garpu. Sang istri dikucilkan tetangga. Meminjam piring tapi tak ada satupun yang dikembalikan. Tetangga geram. Kelak makan menggunakan apa keluarga mereka.

Suami-istri ini luntang-lantung di rumah sendiri. Perut lapar. Dua hari tak makan. Sekarang banyak lalat yang hinggap di piring kotor. Dapur mereka sangat menjijikan. Lantainya yang semula putih telah berubah jadi kekuningan. Tempat mencuci piringnya bagaikan Bantar Gebang. Sang istri berdoa,  Tuhan, tolong turunkan malaikat yang tangannya gesit mendandani semua piring ini!

Seminggu kemudian, mereka hampir mati. Hanya oksigen yang masuk ke dalam paru. Lambung mulai mengkerut. Tak lagi membentuk perut. Tak ada tetangga yang membantu. Tak mau merugi lagi karena kehilangan piring, sendok dan garpu. Yang mereka lakukan hanya terus berdoa.

Sepi. Hening. Bau. Mereka berasumsi akan mati dua detik lagi. Napas mereka satu-satu. Mata tak lagi menangkap sedikitpun cahaya. Mereka berpegangan. Berharap bisa mati dalam keadaan lebih terhormat. Tapi apa daya. Piring kotor di dapur seakan menghantui. Ingin melumat habis mereka. Ah, tunggu! Mereka merasakan ada seseorang yang datang. Itu! Di pojok ruangan. Seorang perempuan dengan gaun putih sampai mata kaki. Rambutnya hitam legam dikucir kuda. Jemarinya lentik dengan kuku yang seakan sedang duduk manis. Cantik. Sangat cantik. Tuhan, apakah ini yang kami pinta sejak dulu? Seorang malaikat yang kelak akan mencucikan semua piring kotor di dapur? Amboi! Tapi ini bidadari. Ya kan, Tuhan? Kau anugerahi kami bidadari? Teriak sang suami dalam hati. Sang istri berusaha memeluk suami. Mereka terharu. Mereka yakin dua detik lagi akan makan dengan piring yang bersih.

Sang bidadari berjalan anggun menuju dapur. Tak ada sedikitpun raut kejijikan dari wajahnya. Tetap tersenyum. Perlahan menuangkan cairan pencuci piring. Mengambil spons dan dengan lihainya memoles semua piring kotor. Voila! Dua detik kemudian semuanya sudah bersih. Cit cit cit! Begitu bunyi permukaan piringnya. Ditengok keadaan sang suami dan istri. Bidadari tersentak. Belum sempat makan enak, dengan piring yang bersih, mereka telah dipanggil Tuhan. Bidadari menangis sejadi-jadinya. Apa gunanya ia bersihkan semua piring jika mereka akhirnya mati juga. Dengan sekuat tenaga, bidadari kuburkan sepasang kekasih ini dalam satu lubang di halaman belakang. Tak lupa semua piring yang berdecit dimasukkan ke dalamnya. Lantas bidadari pergi. Bersama sebuah piring dengan noda darah di permukaannya. Aku mengambil sedikit darah mereka sebagai kenang-kenangan, ujarnya.



19.00
09112012

Rabu, 26 September 2012

Katamu, Hidup Ini Penuh Perjuangan


Katamu, hidup ini penuh perjuangan. Makanya kau memperjuangkan mimpi-mimpi ibumu, di samping mimpi-mimpi yang sudah kau simpan. Makanya kau memperjuangkan kerja keras ayahmu. Yang darinyalah tulang-tulangmu bisa kuat dan berlemak.

Katamu, cinta memang seharusnya diperjuangkan. Tak banyak orang yang mampu bertahan demi cinta. Tapi kau yakin akan bisa. Lagi-lagi kau menutup mata. Cinta tak selalu berpihak. Bahkan kau merasakan sendiri hati yang sesak. Kau hanya belum siap akan kenyataan yang bertolak belakang. Lanjutkan saja berjuang.

Katamu, menangis pun butuh perjuangan. Semata-mata agar air mata tak jadi sia-sia dan tak lebih dari bulir belaka. Tapi apa daya, kita hanya manusia. Tak kuat maka menangis. Kalah maka menangis. Kau hanya perlu sesekali melihat ke dalam hatimu. Ada sesuatu yang lemah di sana. Yang mengeluarkan air mata begitu saja. Tanpa berjuang setitik pun. Menangis ya menangis saja.

Lalu kataku, kau mau memperjuangkan yang mana? Sejatinya, sebelum kiamat hukum alam akan tetap ada. Jadi, apakah yang kau perjuangkan akan memperjuangkan dirimu juga?

26092012

Cepat

Matahari berjanji, akan hadir esok lagi
Cepat bangun, Sayang
Tak seharusnya kau masih di sini
Di tempat yang sudah kau tinggali sejak dini
Sejak aku merasakan sakit hati pertama kali

Kau harus segera bergegas
Cepat mandi dan pergilah ke alam bebas
Ke tempat yang lebih lapang daripada milikku
Di sana, kau tak perlu kerja keras
Di sana, rindu akan menggerus mengeras

Kenapa kau masih tak beranjak?
Cepat, Sayang
Sudah aku siapkan tiket-tiket perjalanan yang sekiranya kau perlukan
Tak ada yang mesti ditakutkan perihal jarak
Aku mencintaimu selama jantung masih berdetak
Terkadang, kita hanya butuh untuk menjadi bijak

Aku bilang cepat, Sayang

26092012

Jumat, 21 September 2012

Kisah Lelaki Penikmat Mimpi


Seorang lelaki terbangun dengan mimpi yang masih melekat erat di memorinya
Ia coba deskripsikan mimpinya, tapi tak berhasil
Ia coba tidur kembali, tapi terasa nihil
Tetiba mimpi itu hilang begitu saja
Lantas ia pergi mandi dengan harapan hari ini tak ada mimpi yang memaksa jadi realita

Seorang lelaki terjaga hingga subuh menggemakan diri
Ia pusing, suntuk, kusut dengan hidup yang memenjarakannya
Dengan kesombongan selapang dada, ia salahkan Tuhan yang telah membuat skenario hidup sedemikian rupa
Dirasuki kebodohan, lelaki ini memaksa masuk ke dalam mimpinya
Ingin hidup bebas tanpa norma
Ingin tidur pulas tanpa insomnia

Seorang lelaki terkantuk-kantuk di bis kota
Suara manusia kelaparan tak lagi di dengarnya
Dalam mimpi, ia sedang bersama wanita
Cantik, rambut panjang, dengan pipi merona
Diajaknya wanita itu ke tepian lembah
Dipeluknya dengan hangat tanpa banyak resah
Dua detik kemudian lelaki ini terbangun dari tidur singkatnya
Tiga detik berikutnya mengingat bahwa kekasihnya berbeda dunia

Seorang lelaki berbaring sepanjang hari
Sepucuk surat wasiat selesai ditulisnya tiga hari yang lalu
Sekarang ia menunggu, kapan malaikat maut datang menjemput
Sesekali ia tertidur
Sesekali pun ia bermimpi
Rumah seperti apa yang disediakan Tuhan
Bidadari seelok apa yang akan terpampang
Ia begitu tenang
Sampai akhirnya kakinya mulai menghangat
Ruhnya tengah diambil malaikat
Tanpa cekat, lelaki ini pergi dengan begitu khidmat

Kesemuanya, aku sebut sebagai lelaki penikmat mimpi

03.48
21092012

Rabu, 04 Juli 2012

Hujan Sebelah Mana yang Menyakitimu

Senja ini, seperti biasa, kita nikmati bersama. Kamu dengan secangkir kopi dan aku hanya segelas air putih. Di tempat yang tak lagi asing bagi kita. Di tempat yang memang selalu ada. Di pikiran masing-masing. Meskipun tak bertatap muka, aku tahu kau memang sedang menyesap kopimu. Perlahan tapi pasti. Layaknya kau menghadapi hidup ini.

Kamu "Terkadang hujan menyakitiku."

Aku "Apa maksudmu? Hujan hanyalah air yang turun dari langit. Bukan jarum. Terlebih lagi batu."

Kamu "Bukan itu maksudku. Terkadang hujan menarik paksa kenangan yang tak ingin kuingat."

Aku "Ah aku paham sekali. Kau boleh saja melupakan masa lalumu. Tapi jangan lupa ambil pelajaran darinya. Hidup ini penuh lubang, Sayang. Tak sepatutnya kamu, atau aku, atau siapapun itu, terjatuh pada lubang yang sama."

Kamu "Terkadang, hujan juga membuatku samar-samar menangis. Padahal aku lelaki dan terlihat cengeng sekali jika menangis karena masa lalu."

Aku "Ketika ibumu melahirkanmu, apakah ia tidak menangis? Bagaimana dengan ayahmu? Dia bahagia. Tetapi menangis jua. Padahal kau berani bersumpah bahwa ayahmu adalah lelaki paling kuat."

Kamu "Mereka menangis bahagia, Sayang. Sementara aku? Aku menangis lantaran merasa tersakiti. Bahkan karena masa laluku sendiri."

Aku "Tuhan telah menciptakan semuanya seseimbang mungkin. Ada aku, ada kamu. Lelaki dan perempuan. Luka dan obatnya. Sedih maupun senang. Tuhan tak menakar seberapa banyak kau boleh menangisi dirimu, atau orang lain. Toh jika sedang berdoa kau menangis juga, kan? Apakah kau berdoa saat senang saja? Kurasa tidak. Kau lelaki yang baik, Sayang. Tentulah ada rencana Tuhan dibalik masa lalumu itu.

Kau hanya diam. Sampai kau menghilang dari pikiranku. Bahkan aku tak percaya bahwa percakapan barusan sungguh-sungguh tak nyata. Kembali kuteguk air putihku. Selamat menikmati kopimu.


19.13
04072012

Minggu, 01 Juli 2012

Kupinang Engkau dengan Nagaku

Aku berlaga di depanmu layaknya ksatria. Bersama naga, aku terbang melintasi cakrawala demi membuktikan sesuatu. Aku mencintaimu, perempuanku.

Sering kita pergi bersama. Aku, kamu, nagaku. Maaf, Sayang. Kendaraan berhargaku saat ini hanya sebatas seekor naga. Mungkin nanti, ketika kita hidup bersama, kubelikan engkau sebuah kereta kuda. Jika perlu, aku yang akan menariknya. Membawamu kemanapun kau suka.

Aku tak ingin terlalu lama mengulur waktu. Takut-takut ada yang melukaimu. Berbekal seekor naga, kudatangi segera romomu. Meski ragu, aku katakan bahwa aku mencintai putrinya. Kamu. Jadilah, kupinang engkau dengan nagaku.


18.32
01072012

Jumat, 29 Juni 2012

Aku Pakaian Lama, Kamu adalah Lemarinya

Aku mengenalmu sebagai seseorang yang melindungiku. Sekian lama kita hidup bersama. Belum pernah sekalipun aku dipindahkan ke tempat lain. Mungkin si manusia tahu, kamu adalah tempat ternyaman bagiku.

Jika ada penghuni baru, tak jarang aku merasa asing. Mereka indah dan enak dipandang. Berbeda sekali dengan diriku. Aku berada di tumpukan terbawah. Tepat mengenai kulitmu. Ya, akulah pakaian lama.

Aku ingat, aku dibeli oleh si manusia sekitar dua tahun lalu. Dan voila! Di sinilah kita bertemu. Ketika itu, aku menjadi pakaian kesukaan si manusia. Dia selalu memakaiku selagi bisa.

Perkenalan kita teramat singkat. Kamu lemari, dan aku pakaian baru. Ya, saat itu aku masih tergolong baru. Berbeda dengan apa yang ada sekarang. Ketika si manusia mulai bosan denganku, barulah aku bisa mengenalmu lebih dalam. Tidak, aku tidak tertarik dengan pakaian lain. Justru kamu yang mencuri perhatian. Aku merasa hangat berada di dalammu. Dari sisi manapun kau terlihat gagah. Kulitmu yang coklat makin menambah simpati. Aku suka kamu. Dan seluruh sudut-sudutmu.

Waktu bergerak cepat. Tak terasa. Bahkan aku lupa bahwa aku adalah penghuni lemari. Kamu. Aku lupa bahwa aku ini pakaian lama. Aku lupa bahwa si manusia bisa saja membuangku. Kapan saja. Memisahkan aku denganmu. Lemari pelindungku. Aku sampaikan kekhawatiran ini padamu. Mengingat semakin banyak teman-teman lamaku yang sudah berpindah tempat. Mungkin lima detik lagi adalah bagianku. Mungkin besok. Atau lusa. Aku cemas. Belum siap berpisah darimu. Kau tak banyak bicara. Tapi diammu penuh makna.

Sore itu, si manusia membuka lemari dan menyadari keberadaanku. Di lapisan terbawah. Aku tau ini adalah waktuku. Aku siapkan segenap kekuatan untuk meninggalkanmu. Diletakannya aku di lantai. Lalu, si manusia menurunkan semua pakaiannya. Tanpa kecuali. Aku diletakkan jauh dari pakaian lain. Tak salah lagi, sekaranglah waktunya aku terpaksa pergi. Tak lama kemudian, datang dua orang manusia lain membawa sesuatu yang besar. Melebihi besarnya dirimu. Aku mengenalinya. Sebuah lemari baru. Olala. Kita telah tergantikan, Sayang. Sudah habis masa bakti kita pada manusia ini. Kita bisa pergi ke tempat pembuangan bersama. Dan kamu, tetap menjadi tempat ternyamanku.


21.27
29062012

Gelembung Sabun

Aku ini gelembung sabun. Aku kuat bertahan sampai berabad. Asal kamu yang membuatku sehat. Aku tinggal di bawah langit yang sama denganmu. Di tempat yang selalu ada kamu. Hatiku. Tentu saja, sudah sejak lama kamu mendiaminya. Padahal itu milikku. Tapi aku tak berani mengusikmu.

Aku ini gelembung sabun. Membulat ketika hatiku sedang rindu. Dan melonjong ketika kamu bangun dari tidur panjangmu. Bagaimana mimpimu, Sayang? Adakah gelembung sabun lain yang merasuki mimpimu? Ini aku, ada di realitasmu.

Aku ini gelembung sabun. Terbang tinggi untuk menjemputmu yang lelah dengan duniamu. Mengunjungi duniaku yang abstrak dan lebih berliku. Tenanglah di sini, Kasih. Seandainya ada gelembung lain yang melukaimu, katakan padaku. Ada pedang di balik tubuhku yang ungu. Akan kutusuk mereka sampai kaku.

Sampai suatu hari. Aku adalah gelembung sabun yang kehilangan kamu. Kau pergi tanpa pamit. Kenapa kau tidak meninggalkan barang sepucuk surat pun? Tentu saja aku bisa membaca. Apa gerangan yang membuatmu hilang? Padahal aku lebih rentan darimu. Tapi mengapa kamu yang terbang membisu?

Tuhan, pecahkan saja aku.

Kabari Dia jika kau hendak kembali. Agar disiapkannya lagi sumber gelembung yang baru. Silahkan kau tiup, maka hadirlah aku.

18.31
29062012

Sabtu, 16 Juni 2012

Maaf


Ibu, mari bicara. Maaf jika aku telah lancang melukai hatimu. Padahal aku tau, kau telah menghabiskan sebagian hidupmu untuk membantuku. Membantu aku hidup dan memaknai kehidupan. Maaf jika terkadang aku tak menjalankan perintahmu. Semata bukan aku tak ingin. Tapi tunggulah beberapa detik. Biarkan aku menarik-hembuskan udara ini barang semenit. Kau merupakan komandan terhebat, Bu. Semua tugas dari Tuhan kau laksanakan dengan baik. Seberat apapun itu. Maafkan jika aku belum menjadi apa yang selama ini engkau cita-citakan. Belum menjadi apa yang baik menurutmu. Aku selalu berkilah dan bertindak sesuai apa yang baik menurutku. Semuanya butuh proses. Dan waktu. Maafkan jika sampai dewasa ini aku tetap egois. Aku tetap tak ingin menjadi guru atau seorang ekonom. Atau pegawai negri bahkan profesor. Tidak Bu, kau memang tidak memaksa. Biarkan aku terus bicara. Maafkan jika aku tak pernah memberimu apa-apa. Sekalipun itu hadiah mungil di hari ulang tahunmu. Atau hadiah sebesar bom di hari ibu. Maafkan jika caraku menggapai masa depan tak seperti yang kau inginkan. Ini proses, Bu. Kau boleh menegur saat aku tak lagi di jalan yang seharusnya.
Maafkan jika hatiku tak sejalan dengan hatimu. Semua hanya butuh waktu.

Dariku, yang menyayangimu.


17.44
16062012

Sabtu, 26 Mei 2012

Congratulations!

Semua orang tau hari ini pengumuman kelulusan untuk SMA dan sederajat. Dari semalem gue udah gak bisa tidur. Apapun itu, yang namanya pengumuman pasti bikin deg-degan. Meskipun udah ada desas-desus sekolah gue lulus 100%, tetep aja belom plong kalo belom liat keterangan hitam di atas putih. Malah ada temen yang sms jam 2 pagi, ketakutan nggak lulus katanya *sigh*

Pagi ini, tepat jam 5 sekolah gue ngumumin kelulusan via website-nya. Masukin NISN, dan voila!!! Kita semua lulus :"""")) untungnya gue gak menemui masalah ketika ngecek pengumuman ini.
Jeng jeng jeng :"""""""")))


Tiga tahun yang lalu masih sibuk nyari sekolah, gak kerasa sekarang udah megang surat keterangan lulus :") intinya sih terimakasih buat semua-semuanya. Dari yang besar sampe yang kecil. Terimakasih, terimakasih, terimakasih :")

Senin, 21 Mei 2012

Bukan Desa Bahagia

Di sebuah desa bernama Bahagia, tinggallah Cinta, Harapan dan Cemburu. Mereka hidup untuk saling memenuhi kehidupan satu sama lain. Mereka tak pernah bertengkar lantaran sudah saling memahami karakter masing-masing sejak lama. Mereka sering menghabiskan waktu untuk berbincang di tepi pantai Melinjo. Debur ombak selalu menjadi tarian yang mereka nantikan. Ketika  menjelang sore, tak jarang mereka bertemu dengan Senja. Yang jika dilihat dari tepi pantai akan sangat memanjakan mata siapapun. Itulah salah satu alasan mengapa tepi pantai Melinjo selalu menjadi tempat mereka berkumpul.

500 abad kemudian di tepi pantai Melinjo menjelang sore, tiga kawan karib itu menunggu Senja. Akhir-akhir ini mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang pudar dari Senja. Entah apa, belum ada yang bisa memastikan. Ketika ia mulai muncul, Harapan memberanikan diri bertanya, “ Senja, apakah kamu baik-baik saja?”.

“Tentu, Harapan. Memangnya kenapa? Aku kelihatan sakit? Itu hanya perasaanmu saja..” jawab Senja santai. Semburat oranye mulai menyilaukan mata.

“Harapan benar. Aku pun merasa ada yang aneh dengan dirimu.” sahut Cinta. “Semburat oranyemu tak lagi keemasan. Agak sedikit pudar. Dan…ah aku tidak tahu apa namanya. Intinya, kami merasa mulai kehilangan dirimu yang dulu” Lanjutnya mencoba mewakili kedua sahabatnya.

Senja hanya tersenyum. Kawan karib itu berani bersumpah bahwa senyum Senja yang barusan merupakan yang paling manis selama berabad-abad. Entah ini pertanda apa, tapi mereka tidak ingin memikirkan hal yang buruk.

“Aku amat sangat baik. Tak ada yang berkurang dengan oranye yang aku punya sekarang. Mungkin karena kalian terlalu sering melihatku sehingga kepuasan kalian mulai berkurang.” Senja masih menutupi apa yang sebenarnya terjadi.

Cinta, Harapan dan Cemburu menghela napas panjang. Mencoba menghilangkan segala kekhawatiran terhadap Senja. Mereka saling menyayangi. Tak ada yang ingin Senja terluka. Atau bahkan lenyap selamanya. “Baiklah kalau kau sebegitu yakin. Kami pamit pulang. Esok, kami mengunjungimu lagi.” Akhirnya Cemburu berbicara.

“Hati-hati.” Jawab Senja seraya melambai.


Benar saja, esok harinya tiga kawan karib itu berbincang lebih lama di tepi pantai untuk menunggu kedatangan Senja. Mereka tetap khawatir akan keberadaannya. Mereka menunggu dengan sabar. Berbincang sekedar untuk mengisi kekosongan waktu. Tentu saja, tak ada yang ingin melewatkan kehadiran Senja. Setelah sekian lama bercanda tanpa ujung, mereka menyadari sesuatu. Selarut ini kenapa Senja belum juga muncul? Apa yang terjadi? Bulan pun sudah menampakkan hidungnya meskipun sebatang. Mereka takut ada sesuatu yang sangat buruk terjadi pada Senja sehingga absen dari tatap muka dengan Desa Bahagia. Mungkinkah dia menemukan belahan bumi lain yang lebih indah?

Cinta mulai terisak dan berkata, “Kemana Senja? Hiks… apa yang terjadi padanya?”

Harapan mencoba menenangkan. “Jangan berpikir yang aneh-aneh dulu, Cinta. Mungkin Senja hanya butuh istirahat lantaran terlalu lelah menjalani tugasnya sendirian. Kita akan datang lagi besok.”

“Harapan benar. jikapun kita terus di sini, Senja tak mungkin muncul. Bulan sudah menguasai singgasananya.” Jawab Cemburu menanggapi. Mulai menyadari bahwa hari sudah agak gelap.

“Tapi bagaimana seandainya Senja benar-benar menghilang? Apa mungkin masa baktinya terhadap dunia telah habis? Tak bisakah Tuhan memperpanjangnya demi kita? Padahal kemarin ia berjanji akan bertemu dengan kita hari ini. Bahkan dia belum sempat menyampaikan salam perpisahan. “ Cinta panjang lebar menjelaskan kecemasannya.

“Cinta, tidak ada yang tau apa yang terjadi sesaat setelah kita meninggalkan Senja kemarin. Jangan menghakimi siapapun. Kita akan ke sini lagi besok. Semoga Senja sudah lebih baik dan kembali muncul.” Cemburu gantian menenangkan Cinta.

Akhirnya Cinta menurut dan mereka bertiga berjalan pulang ke rumah masing-masing. Segala macam hal berkecamuk dalam hati mereka. Bagaimana keadaan Senja saat ini? Benarkah Tuhan telah mengembaninya dengan tugas lain sehingga tak sempat mampir ke Desa Bahagia? Akankan ada Senja yang baru? Tak ada yang tahu pasti.

Ketiganya tidur dalam keadaan cemas dan waswas. Harapan memikirkan apa yang harus dilakukan seandainya Senja benar-benar menghilang. Cinta tentu tidak bisa membendung kesedihannya. Cemburu tak henti-hentinya berdoa di sela keterjagaannya.

Esok hari, mereka kembali ke tepi pantai. Sepanjang perjalanan, Cinta tak henti-hentinya menghujani Harapan dan Cemburu dengan pertanyaan yang sulit dijawab. Pertanyaan tentang keadaan Senja. Tentu saja, tak ada satu pun yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Harapan dan Cemburu hanya diam mendengarkan ocehan Cinta. Sesekali menanggapi dengan kalimat yang tetap tak bisa membuat Cinta berhenti bertanya.

Sesampainya di tepi pantai mereka langsung terdiam. Senja memang belum saatnya muncul. Mereka mencari tempat duduk yang nyaman. Cinta berada di antara Harapan dan Cemburu. Mereka terpaku menunggu kedatangan Senja. Cinta tak bisa membendung air matanya. Jatuh setitik dan ia buru-buru menghapus. Harapan dan Cemburu tentu mengetahui perihal keberadaan air mata Cinta. Tapi mereka diam. Pura-pura tak menyadari.

Satu tahun, dua tahun Senja tak juga muncul. Kekhawatiran mereka mengklimaks ketika Bulan keluar malu-malu. Cinta tak lagi mampu menahan air matanya. Ia menangis sejadi-jadinya. Muka Cemburu kaku. Tak tahu harus berlari mencari Senja atau tetap diam di sini. Harapan mencoba memulihkan keadaannya sahabat-sahabatnya.

“Benar saja, Senja telah hilang. Mungkin kembali pada tempat asalnya. Aku menyesal kenapa waktu itu tak menunggui Senja jika itu merupakan saat-saat terakhir ia di dunia. Apa yang harus kita lakukan sekarang? Haruskah kita mencari? Haruskan kita tabur bungan di tepi pantai ini??” Cinta akhirnya angkat bicara setelah berhasil mengatur napas akibat air mata yang tak hentinya menetes.

“Tenang dulu, Cinta. Jangan cepat mengambil keputusan. Seandainya Senja benar telah pergi, mungkin itu adalah keadaan yang paling baik. Untuk kita, terlebih lagi untuk dirinya. Kita tak punya kekuatan apa-apa untuk bisa mengembalikannya ke sini. Percayalah, Tuhan punya rencana lain. Kita ikhlaskan saja.” Harapan selalu jadi pihak yang paling bisa menenangkan.

Cemburu terpaku menatap ombak yang menari lebih lambat. Seakan ikut bersedih akan apa yang baru saja dialami Cinta, Harapan dan Cemburu. Kemudian Cemburu bangkit dari duduknya dan mengajak kawan-kawannya pulang. Hatinya kusut. Kebimbangan menyelimuti sebagian dirinya. Cinta dan Harapan mengikuti ajakan pulang Cemburu. Mungkin rumah menjadi tempat yang paling bisa mengerti ketika keadaan sedang pahit seperti ini.

Berabad-abad setelahnya, mereka menjalani hidup  di Desa Bahagia tanpa kehadiran Senja. Agak sulit bagi mereka untuk menerima kenyataan yang ada. Tapi bagaimanapun, hidup ini harus tetap berjalan. Pahit atau manisnya takdir yang telah ditetapkan. Mereka tetap suka bekumpul di tepi pantai meskipun tak lagi bermaksud menunggu kedatangan Senja. Karena siapapun pasti tau, Senja tak mungkin kembali. Hanya tepi pantai itu yang menyimpan kenangan mereka dengan Senja.

Pada suatu hari, datanglah segerombolan manusia ke Desa Bahagia. Entah dari mana asalnya. Cinta, Harapan dan Cemburu menerima keberadaan mereka dengan senang hati. Tanpa tahu apa maksud manusia-manusia itu datang ke sini. Mereka mulai membaur dengan penduduk baru itu. Menjalani hidup ini seperti biasa.

Lama-kelamaan, Cinta, Harapan dan Cemburu mulai merasa ada yang tidak beres dengan kehidupan di Desa Bahagia. Tentu berkaitan dengan hadirnya manusia-manusia itu. Tak sedikit dari mereka yang memanfaatkan Cinta untuk menyambung hidup mereka. Ada yang mengeskploitasi Cemburu secara berlebihan. Bahkan tak jarang Harapan dijadikan sebagai pemanis di setiap kata-kata mereka. Kehidupan Cinta, Harapan dan   Cemburu tak lagi bahagia seperti sedia kala. Terkadang mereka saling cekcok satu sama lain. Mereka jadi jarang berkumpul di tepi pantai. Sekedar untuk menikmati ombak pun terasa tak lagi menyenangkan.

Perlahan, Cinta, Harapan dan Cemburu berniat meninggalkan Desa Bahagia. Kemana saja. Asal tidak bersama makhluk-makhluk serakah yang sekarang menguasai desa. Manusia-manusia itu telah merusak kehidupan sejahtera mereka. Manusia-manusia itu hanya manis di pertemuan awal.

Sebelum akhirnya pergi, mereka memutuskan untuk mengganti nama desa yang telah sekian abad mereka tempati. Agar mereka bisa membangun Desa Bahagia yang lain. Di tempat yang berbeda tentunya. Setelah berunding, sampailah pada keputusan sebuah nama yang baru, yaitu “Bukan Desa Bahagia”.

12.50
21052012

Jumat, 18 Mei 2012

Hidup ini Bukan Sekedar Potongan Jeruk Nipis

Citrus Aurantifolia. Merupakan tumbuhan dari kingdom Plantae. Sesempit itu yang aku tahu. Tak perlu lebih. Tak perlu mendengar dari banyak orang. Aku rasakan sendiri keberadaannya.

Wahai kalian yang berparas cantik, sesungguhnya, dari mana keelokan wajah kalian berasal? Buatan sendiri kah? Atau ada Dzat lain yang mampu memperindahnya sehingga membutakan setiap mata yang mampu melihat? "Kosmetik", itu jawaban dari sebagian kalian.  Pun ada beberapa yang menyebut Tuhan sebagai pemilik keelokan wajahnya. Sekarang aku tanya, jika kosmetik lenyap begitu saja seperti api membakar dedaunan kering, akankah itu menjadi kiamat bagi kalian? Mungkinkah kalian tak akan menampakkan wajah kalian tanpa kosmetik kepada dunia? Iya atau iya? Huh! Sini, aku perkenalkan teman kecilku. Sebut saja Aura. Nama lengkapnya Citrus Aurantifolia. Dia bercerita padaku bahwa dirinya mampu mengangkat toksin dari wajah kalian. Apalah hebatnya kosmetik yang sempurna jika hanya mampu menutupi yang buruk? Karena sesungguhnya yang buruk bukanlah untuk ditutupi, tapi dihapus dan diperbaiki. Siklus kehidupan ini pasti menimpa setiap manusia. Dari bayi, sampai akhirnya mati. Sekali lagi, hidup ini bukan sekedar potongan jeruk nipis. Bukan pula wajahmu yang seberapa manis.

Sabtu, 12 Mei 2012

Rumit

Pagi tadi, aku dibangunkan mimpi. Serela itu ia mengakhiri dirinya sendiri. Karena dia tahu, aku selalu menanti terbitnya matahari. Aku lihat ke arah timur. Tak perlu kompas. Matahari memberikan sinarnya sebagai petunjuk. Pintarnya aku dan hebatnya Sang Pencipta matahari.

Ketika siang aku aku tak bergeming melihat bayanganku di aspal. Aku tak suka matahari jam 11. Dan mulai saat itu, aku merasa naïf. Aku seperti melihat dua matahari di dunia ini. Matahari pagi yang tenang dan  ganasnya Si Raja Siang.

Beranjak sore aku bermandikan senja. Ibu berpesan aku tak boleh mandi terlarut sore. Aku bilang “Bu, aku tidak mandi dengan air. Coba lihat ke barat, Bu. Itu sesuatu yang lebih menyegarkan daripada air”. Aku tunjuk semburat oranye di sana dan kubiarkan Ibu duduk di sampingku. Mungkin segera menyelami pikirnya yang dalam. Di alam pikirmu, tak perlu takut tenggelam sekalipun kau menyelam ke dasar samudra otakmu.

Malam tiba, aku berteman sepi. Banyak sekali barang berserakan di lantai kamarku. Dari mulai kaus kaki sampai sikat gigi, pulpen antik sampai sajak yang belum sempat kuketik lantaran aku hanya bisa mengingatnya tak lebih dari empat detik. Kemudian ide-ideku kembali menguap. Mentok langit-langit.

Detik ini, aku temukan diriku menatap barisan kata-kata amburadul yang aku sebut puisi. Entah pantas atau tidak, kalian tak berhak menghakimi. Cukup nikmati.

Dan kamu, dimanapun keberadaanmu, setajam apapun kata-katamu, tetap tak bisa menerka apa gerangan yang mendorong Tuhan ciptakan cinta serumit ini.

22.33
12052012

Mana yang Asli

Di dunia ini, mana yang asli? Hidupku kah? Tanpa kalian tahu, aku hidup dengan gila. Kepalsuan beredar dimana-mana. Bahkan segelintir orang lebih gila dariku. Mereka anggap diri mereka palsu dan bayangan hitam adalah asli. Mereka takut menatap cermin. Takut menghadapi segala ingin.

Di dunia ini, mana yang asli? Makanan yang ada di perutmu bahkan tak bisa disentuh. Hanya masuk melalui rongga mulut, meneruskan perjalanan melalui esofagus, melewati lambung, diolah di  usus rumit dan sisanya dibuang lewat anus. Lalu kau harus ikhlaskan apapun yang telah keluar. Bahkan yang bisa membuatmu kuat sekalipun. Belum kutemukan lagi mana yang asli.

Di dunia ini, mana yang asli? Bibirmu yang terkembang menyimpan bermacam deskripsi. Yang aku yakini bahwa manis wajahmu mampu kalahkan Tompi. Dan kata-katamu terelakkan begitu saja oleh Sapardi. Ah maaf, aku harap kedua orang besar itu tidak pernah membaca ini.

Di dunia ini, mana yang asli? Kau lihat tumpukan buku-buku lusuh itu? Yang sudah ajarkan aku ilmu. Sekalipun aku sulit memahami diksinya. Sekalipun aku butuh kamus untuk tahu deskripsi katanya. Sekalipun aku butuh bantuan otakmu untuk mencerna pelajarannya. Semuanya masih terjamah oleh palsu. Terkadang aku pun berpikir bahwa penulis mereka hanya tokoh ilusi. Yang dunia ini saja tak mengakui keberadaannya.

Di dunia ini, mana yang asli? Bahkan dalam hal mencintai seseorang pun masih diselingi palsu. Yang kau sadar bahwa itu salah, tapi masih bertahan dengan terus mengalah. Diinjak begitu saja. Tenggelam dalam rindu yang menyiksa. Dan mati perlahan karenanya. Siapa peduli? Objek cintamu pun menghilang ditelan harapan melayang-layang.

Di dunia ini, mana yang asli? Pandangi wajah ibumu. Mampukah ia sebutkan kasih sayang mana yang tulus? Di dalam hati ia berkata, semuanya, Nak. Lalu pandangi wajah ayahmu. Bisakah ia sebutkan tulang mana yang tidak ia banting untuk menghidupimu? Menghidupi keluarganya? Di dalam hatinya, tulang rapuh sekalipun tak ada yang luput dari kerja keras.

Di dunia ini, mana yang asli? Kau terus rapalkan doa dan mengharap balasan. Tapi perlahan kau mundur, lama-lama berhenti lantaran Tuhan tak segera menjawab doamu. Kau hanya kurang sabar. Karena sebenarnya Tuhan telah siapkan sesuatu yang mampu melunaskan doa-doamu yang belum terbayar.

Aku lelah mencari yang asli. Aku biarkan kegilaan makin menggerogoti sel-sel otakku. Jadi, di dunia ini, mana yang palsu?

17.12
12052012

Sabtu, 05 Mei 2012

Salah Kaprah

Assalamualaikum :) pripun kabare? mugi-mugi sehat sentosa :)
Kali ini, gue mau share beberapa polemik --Subhanallah bahasanya-- yang sering kita dengar berikut tanggepan dari gue. Bukan, bukannya mau ngajarin. Tapi, udah sepatutnya kita sama-sama sadar bahwa hidup ya emang kayak gini. Banyak ujiannya. Di akhirat aja masih diuji. Apalagi pas di dunia.
Cekidot...

1. Q: Kenapa kok kayaknya hidup gue susah mulu ya? Orang lain hidupnya bahagia-bahagia aja tuh. Malah ada yang ketawa-ketawa di atas penderitaan gue.
A: Well, setiap orang punya masa bahagia masing-masing. Jangan kira lo cuma dikasih sedih doang selama hidup di dunia. Ada bahagia-bahagia kecil yang ternyata nggak lo sadari. Contoh, fisik yang lengkap. Jadi lo gak butuh kruk untuk nopang lo berdiri, masih bisa liat diri lo yang cantik/ganteng lewat cermin, bisa update Twitter dengan jempol yang sempurna, dll. Yang gue sebutin barusan itu cuma bagian kecil dari sekian banyak hal. Silakan temuin kebahagiaan lo masing-masing :)

2. Q: Gue udah usaha sampe jungkir balik tapi kenapa hasilnya gak sebanding dengan usaha gue?
A: Jungkin balik seperti apa yang lo maksud? Kalo jungkir baliknya cuma salto di kasur sih ya gak bakalan dapet apa-apa. Gini, jadi manusia itu jangan cepet puas. Baru belajar 30 menit aja lantas lo bilang "Kemaren gue udah belajar sampe suntuk tapi ngerjain ulangan tetep gak bisa". Itu karena lo cuma puas dengan belajar 30 menit, setelahnya malah nonton sinetron sampe 2 jam, nangis-nangis terbawa suasana di sinetron, besoknya juga nangis liat soal ulangan.

3. Q: Kenapa sih gue gak secantik/seganteng dia? *atau pertanyaan apapun yang intinya sama*
A: Tuhan tau banget apa yang terbaik buat kita. Secara, Dia yang nyiptain kita. Paham banget apa yang ada di dalam dan di luar diri kita. Kenapa Tuhan cuma ngasih lo idung yang 5cm aja kayaknya gak sampe? Mungkin takutnya kalo lo dikasih hidung yang mancung semampai, elo akan sombong. Kalo ada jerawat betengger di ujung hidung nantinya elo bete sampe 3 bulan gara-gara menurut lo jerawat amat sangat merusak appearance puncak idung lo. Kenapa pula otak lo gak ada sehat-sehatnya sama ilmu? Karena elonya kurang usaha buat temenan baik sama ilmu. Pada dasarnya, gak ada manusia yang bego, yang ada itu manusia males. Fakta berbicara "Otak orang Indonesia kalo dijual jatohnya mahal banget loh. Soalnya masih aseli, gak pernah dipake". Nah!

4. Q: Kenapa sih gue mau hidup bebas aja pake dilarang-larang segala? Banyak aturan yang harus dipatuhi.
A: Manusia punya akal sama nafsu. Hewan cuma punya nafsu. Hidup mereka bebas. Yang jantan terserah mau kawin sama siapa aja, sampe berapa kalipun terserah. Gak perlu pusing bakal ngasih makan apa ke anak-anaknya yang bejibun. Monyet mau gelantungan di pohon mana aja gak ada yang larang, kuda nil mau berkubang di danau mana pun gak ada yang mikirin, anjing mau gonggongin kafilah dari negeri apapun gak ada yang peduli. Elo mau hidup bebas? Tuh hidup aja layaknya elo ini binatang yang gak punya aturan.

5. Q: Kenapa gak ada orang yang ngertiin perasaan gue? *pertanyaan dari segala macam pertanyaan*
A: Let me guess. Untuk pertanyaan ini kayaknya lebih banyak keluar dari mulut cewek. Atau bisa jadi beberapa cowok melankolis juga akan melontarkan pertanyaan yang sama. Ehem. Kita hidup di kalangan multiperasaanisme --blah--, punya karakter beda, terrmasuk dalam urusan memanage perasaan masing-masing. Setiap orang pasti butuh yang namanya pengertian. Sekeras apapun orangnya. Naif ya kalo dirasa ada orang yang dengan sombongnya bilang kalo dia ini gak butuh pengertian dari siapapun. NA-IF BA-NGET! Kenapa bisa timbul pertanyaan seperti poin 5 ini? Kalo menurut gue lebih karena kita sendiri yang gak bisa --atau mungkin belum bisa-- ngertiin orang. Fakta berbicara "Kalo setiap orang maunya bicara, siapa yang akan dengerin?". Kalo setiap orang maunya dimengerti, siapa yang mau ngertiin? Intinya sih semua itu berawal dari diri sendiri.

Oke kayaknya polemik yang mau dishare segitu aja dulu. Kalo ada yang baik ya monggo dipetik, kalo dirasa tidak baik silakan kritik :)

Salam Jomblo!

Senin, 16 April 2012

Final Test and We're Gonna Missing Us

Saatnya tiba. Beberapa jam lagi gue dan temen-temen seperjuangan akan menghadapi ujian yang merupakan tes penentuan selama sekolah tiga tahun. Lulus nggak ya... Dari Jum'at sampe Minggu kemaren udah dikasih hari tenang. Syukurlah sejak beberapa bulan sebelum UN pun gue tetep tenang. Bukan, bukan karena gue siap. Tapi ya... Yaudahlahya. Tegang gak akan bikin gue bisa ngelewatin ujian dengan baik. Keep slow aje sih.

Hari-hari terakhir belajar di kelas berasa... Ah lo yang bakal UN kayak gue gini pasti ngerasain juga lah. Jadi pengennya belajar terus. Padahal itu udah gak diperluin lagi. Secara ujian udah di depan mata. Telat banget kalo baru mau belajar sekarang :") Setelah lulus nanti pasti pengennya balik ke SMA. Padahal sekarang gue pengennya cepet-cepet keluar. Sekarang bosen, nanti kangen :'3

Ini ada beberapa momen temen-temen yang udah dua tahun sekelas, di IPS 3.

Diskusi

<3


She's rock


Berantakan



Struktur kelas


Bareng Pak Fathur, Guru Matematika dari MAN MALANG

Ini cewek-ceweknya saat menjelang acara motivasi

Tumpahkan ke-alay-an mu!!!

Miss Aam, English

"Aku takut sama kakak yang di sebelah kanan ku"



 



"Jangan ganggu kita, kakak"


Saingan SM*SH

Nonton film



Futsal





Ini yang paling lawak


Semoga yang ini longlast sampe matik!!!



Pinky boy. Panggil dia Toni
 We are that freaky. It makes us stronger ♥♥♥♥♥♥

Tiga tahun kita udah usaha sungguh-sungguh, sekarang saatnya berhasil. Man jadda wajada!

Selasa, 03 April 2012

Hujan dan Percakapan Kala itu

Tik tik tik.. Pelan tapi pasti. Rintik hujan semakin banyak jatuh ke bumi. Semakin lama, semakin menderas. Bau tanah mulai merebak. Menusuk hidung yang mampet karena flu. Ah kurang nikmat. Mungkin hujan harus datang lain waktu ketika penyakit ini sudah terangkat. Agar bau tanahnya bebas berlarian di dalam hidungku.

Pulang sekolah. Aku berteduh di sebuah halte. Musim hujan memang sedikit menjadi masalah jika bepergian dengan motor tanpa membawa jas hujan. Halte semakin ramai dipenuhi orang yang bernasib sama denganku. Mulai dari wanita yang kutaksir dia adalah SPG salah satu mall di dekat halte. Beberapa orang yang mungkin baru pulang dari kantor, beberapa anak sekolah, serta seorang pengemis tua yang memakai tongkat dengan baju lusuhnya, terlihat kedinginan. Hujan selalu mengingatkanku akan sesuatu. Mengingatkan akan kamu. Pikiranku melayang sejauh mungkin. Mencari tempat yang lebih luas dari halte yang sesak ini. Hanya untuk menyelami arti hujan kali ini. Karena aku percaya, Tuhan punya maksud berbeda pada setiap apa-apa yang telah Ia turunkan.

Tiba-tiba aku teringat percakapan bersama ibu, pada suatu malam di ruang tamu, pun saat hujan juga.

“Bu, kenapa Tuhan ciptakan cinta di dunia?”

“Jika tidak ada cinta, tak akan ada segumpal daging yang tinggal di rahimku kurang lebih 9 bulan 10 hari. Yang kemudian lahir sebagai seorang wanita yang mempunyai mata seterang cahaya.” Kata ibu sambil tersenyum menatapku.

“Ah ibu bisa saja. Mataku adalah hal paling biasa yang pernah aku lihat. Di cermin tentunya.” Aku tertawa sambil mengatakan itu.

“Tapi bu, kenapa pula Tuhan ciptakan sakit diantara cinta yang terjadi?”

“Nak, di bumi ini, tak mungkin hujan turun terus menerus. Atau kemarau melanda tak ada habisnya. Kalau begitu, manusia bisa mati dengan mudah. Tuhan ciptakan keseimbangan diantara keduanya. Agar manusia bisa mengambil pelajaran dari setiap yang Tuhan berikan. Sama halnya dengan cinta. Mencintai terus menerus akan membuat dirimu kalah dan mati perlahan. Oleh karena itu, terkadang kamu harus berhenti mencintai. Yang bagi sebagian orang diartikan sebagai menyakiti.”

“Bagaimana jika... mencintai terlalu dalam?”

“Begini, seharusnya kamu tahu bahwa hal yang berlebihan tentulah tidak baik. Termasuk dalam mencintai. Dunia ini fana. Pun cinta di dalamnya. Jika yang kamu cintai itu hilang, apakah mudah mengobati sakit hati dari cinta yang teramat dalam? Cinta yang baik bukanlah mencintai sepenuh hati, Sayang, tapi mencintai dengan sederhana. Sesederhana ketika ibu membuatkan kopi untuk ayah. Atau ketika kakek-nenek tertawa di serambi rumah karena mengingat kisah mereka semasa muda. Gigi mereka ompong dan tulang mereka rapuh. Tapi mereka saling mencintai.” Ibu mengakhiri kalimatnya yang panjang itu sambil mengelus rambutku. Lembut sekali.

Pikiranku kembali ke halte dan orang-orang yang berteduh di dalamnya.  Sudah sekitar satu jam dan hujan belum menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti. Jalanan mulai digenangi air keruh kira-kira sebatas mata kaki. Cipratan dari kendaraan yang lewat semakin tinggi mengenai kami yang sudah berusaha menghindar.

Percakapan bersama ibu yang sempat memutar di otakku kembali aku renungkan. Mungkin memang seharusnya aku tidak mencintai sepenuh hati. Tapi mencintai dengan sederhana, apa adanya. Semampu yang aku bisa. Atau bahkan aku harus berhenti mencintai sejenak. Untuk menciptakan keseimbangan yang sempat tak terpikirkan.

Senin, 12 Maret 2012

Perang Akan Dimulai


Salam cinta untuk kalian semua!

Gak ada kata terlalu pagi untuk posting blog :)  btw, apa kabar? Semoga baik lah ya. Postingan kali ini presented khusus untuk temen-temen seperjuangan gue dimana pun kalian berada :’)

Berat emang. Kita semua ngalamin hal yang sama. Dituntut untuk melahap materi 3 tahun itu kayak harus nopang batu yang besarnya berton-ton kali lipat dari rindu yang kita punya. Iya rindu. Kenapa rindu? Gak tau -_- Dimulai dari bimbingan belajar intensif di sekolah maupun tempat belajarnya lainnya, tryout-tryout, ujian sekolah, ujian hidup, dll. Kita ngeluh kesana kemari gak jelas juntrungannya. Marah-marah tanpa sebab. Nangis tiba-tiba. Atau jatuh sakit. Well, kita pasti sadar itu semua gak akan ngerubah keadaan. Tapi kenapa masih keukeuh dengan sikap-sikap kayak gitu? Mind your own answer ;)

Hari ini, tepatnya tanggal 12 Maret 2012, pertempuran sesungguhnya baru dimulai. Tryout dan BBI yang kemaren itu, kalo dalam istilah wejangan makan malam, cuma sebagai appetizer, yang di kamus artinya  perangsang selera. Ngeri ya. Jangan diartiin murni sebagai perangsang -_- improve  dikitlah biar jadi cakep. Dimulai dari ujian sekolah (40% untuk pertimbangan kelulusan), lanjut dengan UAMBN (khusus sekolah madrasah macem gue), baru selanjutnya UN (60% pertimbangan kelulusan) daaaaaaaaan SNMPTN!!!! >:o yaa meskipun mungkin ada beberapa dari kita yang berkesempatan untuk ikut seleksi SNMPTN undangan, tapi siapa yang bisa ngejamin sih keberuntungan kita ada di jalur itu?

Kalo gue pribadi, semakin deket ujian (apapun jenisnya) semakin gue seneng ngadepinnya. Nggak, bukannya sombong dan pede yang berlebihan lantaran yakin dengan kemampuan gue. Tapi sikap kayak gitu merupakan bentuk timbal balik atas apa yang gue rasain. Gue ngerasa... bosen._.  Menurut gue itu wajar. Kelewat wajar malah. Istilahnya gini, seenggaksukanya elo terhadap suatu hal, kalo itu merupakan sebuah prosedur yang harus dijalani, apa yang paling bisa elo lakuin selain ngejalanin rintangan itu sesuai prosedur yang ada? Yaudah gitu loh. Jalanin aja apa yang ada. Bukan “biar aja ngalir kayak air”. Kalo ada orang di sekitar lo yang bilang “gue sih ngebiarin hidup ini ngalir kayak air”, berarti logikanya nggak jalan. Air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Semakin rendah tempat itu, semakin kenceng alirannya. Mau hidup lo jatuh terus? Karena semuanya diawali dari niat, maka diawali juga dari mindset.

Seperti layaknya orang perang, dukungan sekecil apapun sangat berarti untuk pahlawan-pahlawan pejuang. Anggap aja kita adalah pejuang,  “cemungudh eaa qaqah” adalah stimulan dan pengawas ujian adalah musuh yang menghadang.

Selamat berperang! Semoga lulus sampai tujuan ({})

NB: sengaja gue memposting ini bertepatan dengan hari pertama ujian sekolah, sebagai pertanda kalo semisal gak ada postingan-postingan selanjutnya setelah ini, berarti gue gugur di medan peperangan :’)

Rabu, 22 Februari 2012

Mati yang Memisahkan

Suatu hari
Jemariku menari di atas lembar kenangan kita
Tidak, tidak ada yang salah dengan semuanya
Ia hanya ingin memperbaiki yang rumpang
Dan melengkapi bagian dimana kau lupa pulang

Kenangan ini memang milik kita
Seperti yang kau tau
Terkadang kau menghilang tanpa pamit
Membiarkan jemariku sendiri merangkai kata
Sampai aku sadar kau kembali ketika keadaan sudah teramat larut

Lembar demi lembar tercetak tanpa cacat
Kau merasa ada bagian yang carut marut
Kau bilang, ceritaku terlalu pahit
Ku balas, dirimu yang membuatnya menjadi sempit

Tahun demi tahun berganti
Pun buku kenangan kita tak lelah menampung isi hati
Sampai pada saatnya Tuhan menyuruh kita berhenti
KataNya, cukup sampai disini
Kita dipisahkan oleh mati

22022012
10.14

Senin, 30 Januari 2012

Ooooh Hujan

Teruntuk hujan yang menderas

Sore ini agak dingin ya. Mungkin karna kau telah turun sejak pagi hari. Aku menyukai dirimu, terlepas dari apakah kau menyebabkan bencana atau tidak. Aku menyukai dirimu seperti layaknya daun yang gugur. Ikhlas untuk menerimanya.

Kadang aku terbangun ketika kau turun tengah malam menjelang pagi buta. Dimana orang-orang sedang dibuai oleh indahnya mimpi mereka. Atau mungkin ada segelintir yang terpaku memikirkan rindunya. Semisal kau datang bersama angin, aku takut kau membawa serta badai di belakangmu. Aku eratkan pelukan pada guling. Setidaknya itu membantu untuk sedikit tenang. Kemudian perlahan kau mereda. Sampai pada akhirnya banyak embun terduduk manis di atas daun-daun.

Mungkin dalam lubuk hatimu, ada kebosanan yang berarti. Air, air dan air. Begitulah dirimu. Tapi tanpa kau sadar, Tuhan menciptakanmu bukan hanya untuk mengairi bumi. Kau membuat manusia-manusia sadar bahwa ulah mereka terhadap lingkungan tak lagi bersahabat ketika kau berubah menjadi air bah. Menggenangi semua yang ada. Tuhan ingin manusia sadar bahwa tak seharusnya mereka menghancurkan apa-apa yang dipunyai-Nya. Tapi memang dasarnya manusia, air bah pun tak juga mampu membuat mereka sadar. Mereka merusak lagi. Maafkan ulah kami semua, Tuhan.

Lupakan soal manusia pengrusak. Kembali ke topik antara kita. Kau tau? terkadang aku sengaja tak membawa payung ketika bepergian. Padahal dirimu sedang sering-seringnya turun. Aku tak ingin kenangan-kenangan masa lalu menjadi kering. Karena yang bisa membasahinya hanya dirimu. Ketika cuma gerimismu yang datang, aku buka lembaran memoriku perlahan. Agar tak ada satu lembar pun yang terlewat oleh dirimu. Seiring kau menderas, aku biarkan mereka terbuka tak beraturan. Bergerak sesuka mereka. Tertutup atau kembali terbuka. Saat kau berhenti, aku kelum rapi album kenangan itu. Sampai nanti kau datang lagi.

Sekian saja aku sudahi surat ini.

Salam,
Bukan ojek payung

Minggu, 29 Januari 2012

Bukan Lelaki

Teruntuk para lelaki yang pernah menyakiti,

Apa kabar? Bagaimana kehidupan kalian? Masihkah penuh dengan wanita-wanita yang tersakiti? Atau hidup bersama karma yang sudah lama menanti? Aku harap tidak keduanya. Karena aku tau kalian tak melulu harus merasakan sakit itu sekarang. Tapi pasti. Entah kapan.

Seorang tokoh pernah mengungkapkan bahwa, hanya ada dua tipe laki-laki di dunia, brengsek dan homo. Kalian termasuk yang mana? Aku beri keleluasaan untuk memilih. Ah tapi tunggu dulu! Jangan lupakan konsekuensi dari setiap pilihan.

Aku tulis surat ini bukan untuk memojokkan kalian. Mungkin teramat singkat. Dan samar-samar. Tapi cukuplah untuk mengeluarkan isi kepala yang sudah terpendam.

Semoga Tuhan tetap melindungi dan memberi wanita yang baik pada kalian.

Salam,
Bukan lelaki

Selasa, 24 Januari 2012

Malam yang Lagi Selimutan

Kepada malam yang menyelimuti rindu

Selamat, Malam! Aku pikir kau adalah salah satu yang beruntung karena mendapat surat dariku. Apa kabar? Aku harap baik. Padahal Tuhan masih mempertemukan kita setiap hari. Tapi pertanyaan itu seakan luput dari ingatan. Kau terlalu sesak. Sampai-sampai baik atau tidaknya dirimu saja aku tak peduli. Ah tidak! Bukannya aku tidak peduli. Aku sangat sangat peduli padamu.

Omong-omong, kenapa hanya ada sedikit bintang yang mengunjungimu? Kau terasa lengkap bersama teman sejatimu itu. Tuhan memang Maha Segalanya. Dia memasangkan ke-hitampekat-anmu dengan kilau bintang yang mampu menampung rindu.

Aha! Aku ingat sesuatu. Yang telah sejak lama ku titipkan padamu. Masih adakah? Bagaimana rupanya? Semakin banyak? Atau malah terkikis sedikit demi sedikit? Aku percaya padamu bahwa kau akan menjaganya sampai waktu tiba. Kapan? Entah. Kau tak berhak tanyakan itu. Karena sejatinya aku pun tak tau mau diapakan semua rindu-rinduku. Mungkin kau bertanya kenapa rindu itu bisa muncul padahal aku sendiri tidak tau apa-apa perihal keberadaannya. Mau tau? Pernah ada yang membeku. Ya, rindu-rinduku sempat mengotak-ngotakkan dirinya sendiri pada tempat dimana kau bisa temukan kedamaian, atau bahkan kekacauan sekalipun. Dimana terkadang kau tak sengaja tinggalkan cintamu dan tak mampu mengambilnya lagi. Dimana kau baru tersadar bahwa egoismu teramat besar.

Sudahlah. Aku yakin nantinya kau akan mengerti mengapa aku selalu titipkan rinduku padamu, bukannya pada orang lain. Mengapa pula aku ingin kau menjaganya agar tetap hangat. Karena di luar sana, terlalu banyak dingin yang menyusup ke hati setiap orang. setidaknya kau bisa hangatkan mereka dengan apa yang kau punya. Tak hanya rinduku. Aku yakin kau telah menyimpan lebih banyak rindu.

Sekian dariku. Kenapa malam selalu hitam? karena rindu tak selamanya terasa ringan. Ia hadir agar rindu itu sedikit tertahan. Blah!

Salam, Malam!
Aku~

Main ke Bogor



Dear Bogor,

Bisa dibilang, ini kali pertama aku mengunjungimu secara sengaja. aku tulis surat ini ketika perjalanan pulang. Tepat hari Minggu, 22/01 pukul 19.28 waktu setempat. See? Lampu kendaraan begitu indah mewarnaimu. Lampu-lampu dari warung makan pun turut memeriahkanmu. Orang-orang Jakarta mencuri udara segar disini. Karena seperti yang mungkin kamu tau, udara segar di Jakarta semacam barang langka. Dan untungnya kamu hadir untuk kami. Manusia serakah yang selalu inigin bernapas.

Ingin rasanya mengunjungimu lebih sering lagi. Well, sekedar berkeliling rasanya sudah bisa dibilang rekreasi. Kapan Jakarta bisa seperti dirimu? Sepertinya mustahil. Tuhan telah menyiapkan tempat dimana manusia harus tegang, atau rileks. Kamu, menjadi yang dapat menenangkan.

Surat ini, aku persembahkan untuk orang-orang yang menjadi bagian penting dari dirimu. Yang ramah dan masih memperbolehkan kami, orang-orang yang serakah akan udara segar, mengunjungimu sesuka hati. Semoga Tuhan senantiasa menjadikanmu tetap begini. Atau beruntungnya jika menjadi lebih baik lagi.

Salam hangat,
Aku yang menyukaimu

Senin, 23 Januari 2012

Semut

Kepada semut-semut yang tenggelam di air teh,

Mungkin kalian tidak akan membaca surat ini. Tapi aku harap ratu kalian yang akan membacanya. Suatu ketika aku lihat segerombolan dari kalian berjalan berbondong-bondong ke arah gelas tehku. Aku tau gula adalah santapan terenak bagi kalian. Oleh karenanya satu persatu dari kalian mulai memanjati gelasku, masuk ke sisi dalamnya dan perlahan turun mendekati air teh. Pertama-tama, kalian celupkan jari ke dalam air, lalu dirasakanlah oleh kalian. Enak kah? Pasti!

Lama-kelamaan kalian semakin terlena dengan kemanisan yang dijamukan oleh air tehku. Salah satu dari kalian makin turun ke bawah sehinggan setengah badannya masuk ke dalam air. Makin masuk, masuk, dan...... BYUR! Dia tenggelam! Beberapa dari kalian pun menyusulnya. Aku pikir kalian senang. Tapi ternyata kalian tak bisa berenang dan hanya berkecipak lemah di permukaan air tehku. Ngambang. Selebihnya kalian tak lagi bergerak. Kuputuskan kalian sudah tak bernyawa.

Yang ingin aku sampaikan melalui surat ini adalah mengapa kalian tidak belajar dari satu semut yang tenggelam lebih dulu? Atau memang begitu takdir semua semut? Mati karna tidak bisa belajar dari kesalahan kawannya? Apa ratu semut tak mengajarkan bagaimana cara mencicipi air teh dan kalian tetap hidup? Malangnya......

Jika memang air teh adalah tempat terindah bagi kalian, belajar berenang dong! Semoga Tuhan menempatkan kalian di sisi termanis-Nya.

Salam,
Aku si pembuat teh manis


Rabu, 18 Januari 2012

Aku Sayang Punk - Rock Makanya Aku Tulis Ini

Kepada Punk-Rock Jalanan,
yang (merasa) keren

Hai! maaf kalo salam pertama ini gak sesuai dengan kebiasaan kalian. karena sejujurnya gue gak tau gimana salam khas kalian. keinginan untuk kirim surat ke kalian muncul ketika pas bangun tidur. entah mungkin gue mimpi buruk atau apa.

kalian yang berbaju hitam-hitam, rambut pirang matahari dan segala macam gaya "unik", sadarkah kalian (agak) meresahkan mereka -termasuk gue- yang ketemu kalian? dimanapun. bis kota, angkot, kolong jembatan, dlsb. sekilas yang gue tangkep dari lagu kalian adalah "plis deh gak usah jijik sama kita. cukup bagi-bagi rejeki aja". guys, gimana kita mau bagi-bagi rejeki -semisal uang- sedangkan kalian aja -dari segi penampilan- nggak menjamin bakal memanfaatkan sedikit uang itu untuk hal yang bener. takut-takut salah bagi rejeki.

tanpa kalian sadar, bokap nyokap di rumah khawatir loh. percaya deh, di dunia ini gak ada orang tua yang gak sayang sama anaknya. induk kucing aja -yang notabene adalah binatang- sayang banget sama anaknya. mending pulang. tinggal sama bokap nyokap kalian. kalo toh mau kerja mbok ya cari kerjaan yang bener. jangan malah mem-Punk-Rock-an diri kalian.

hadirnya kalian itu makin nambah-nambahin ungkapan "hidup ini keras". gak usahlah makin mengeraskan hidup dengan Punk-Rock. kesian itu rambut yang mestinya lurus malah jadi gimbal-gimbal kek habitat kecoak. kesian itu kulit yang mestinya bersih malah keliatan kayak kanebo yang selalu dipake tapi gak pernah dicuci.

bersama surat ini, teriring doa-doa baik untuk kalian. rock your life! don't rock your punk (?)