Dengan ini, ingin aku sampaikan beberapa perkara yang telah
kau selesaikan dan sedang kau kerjakan. Tentang semua kewajiban yang tak pernah
kau hitung sebagai pengorbanan.
Ma, maaf,
-jika aku sudah banyak membuatmu khawatir bahkan sejak aku masih di dalam rahim
-jika di tengah tidur nyenyakmu aku terbangun, menangis lantaran haus dan minta susu
-jika belum ada satu kebaikan pun yang mampu membahagiakanmu barang setitik
-jika kemampuan bernalarku belum sampai pada tahap yang seharusnya
-jika ternyata aku lebih sering mendahulukan perasaanku tanpa pernah menjaga sedikit saja perasaanmu
-jika aku lebih memilih berada di luar rumah lebih lama ketimbang menemanimu menonton TV
-jika terkadang aku mempelajari sesuatu secara diam-diam tanpa menceritakannya padamu lebih dulu. Kau hanya perlu percaya bahwa aku melakukannya dengan baik-baik saja
-jika aku belum juga bisa akur dengan satu-satunya adik kandungku
-jika aku mendahulukan membeli buku daripada membelikan adik sepotong eskrim
-jika semua keputusan yang ada sekarang justru berkebalikan dari yang kau harapkan sejak dulu
-jika aku pernah berkata bahwa berkorban untukku adalah semata-mata tugasmu
-jika aku yang sekarang ternyata tak lebih lucu dari aku yang dulu
-jika pertanyaan pulang-jam-berapa darimu tak pernah berhasil aku jawab, tapi nyatanya kau tetap menunggu aku pulang kan? Meskipun sebenarnya dalam keadaan tidur
-jika ternyata aku belum bisa bertindak rapi dan telaten seperti dirimu
-jika aku pernah marah padamu. Tapi percayalah, tak ada sedikit pun keinginan untuk melukaimu dengan apapun
-jika aku sering mengabaikan pesan singkatmu. Lain kali, telepon saja :)
Ma, terimakasih,
-untuk sembilan bulan entah-berapa-hari
tepatnya aku tinggal di rahimmu
-untuk
semua asupan bergizi yang aku sedot melalui tali pusar selama aku di sana
-untuk seluruh sayang yang kau berikan tanpa mengenal waktu
-untuk
hangat yang tak pernah bisa aku dapatkan dari selimut manapun
-untuk rumah yang
pintunya selalu terbuka, sepagi apapun aku pulang dari urusanku di luar sana
-untuk
keihkalasanmu mengalah ketika aku bersikeras dengan keputusanku sendiri
-untuk kepercayaanmu
mengizinkanku pergi ke tempat yang jauh dari rumah
-untuk semua maafmu yang
langsung terlontar ketika aku menemuimu dengan bermodal tangis
-untuk keluangan
waktumu mendengarkanku bercerita tentang jatuh cinta dan sakit hati
-untuk kesediaanmu
membangunkanku saat shubuh, sampai saat ini, ketika umurku hampir dua puluh
-untuk
curi-curi waktu yang kau manfaatkan demi membaca blogku
-untuk kerelaanmu memenuhi
keinginanku sampai perlu menguras tabunganmu
-untuk nasihat-nasihat tak kasat
mata, tak kasat telinga yang sudah pasti terlewat olehku. Semoga nasihat yang terlewat itu masih bisa aku punguti satu per satu
-untuk mimpimu tentang diriku yang menjadi seorang akuntan. Mimpi yang harus kandas lantaran aku lebih memilih Psikologi sebagai studi lanjutanku. Semoga ini bisa mengobati kita bersama
-untuk menerima kebiasaanku yang tak sejalan dengan peraturan di rumah ini
-untuk doamu yang selalu menaungiku. Tak terbatas ruang dan waktu
-untuk doamu yang selalu menaungiku. Tak terbatas ruang dan waktu
Ma, seperti kangen, maaf dan terimakasih ini tak pernah selesai aku tuliskan. Tak pernah tuntas aku bicarakan padamu. Aku hanya takut jika aku menyelesaikannya saat ini dan semuanya menjadi tuntas, tak ada lagi yang bisa kita bicarakan sampai bola mata hampir lepas. Maka biarlah yang tak selesai dan tak tuntas itu tetap ada.
Ma, sayang ini nyata. Tanyakan saja pada Tuhan.
Tangerang, 14 Maret 2014, 23.50