Selasa, 04 Maret 2014

Bertanya pada Kawan

Kawan, kapan terakhir kali kita duduk bersama untuk merenungkan tentang apa saja? Ditemani berbagai cemilan dan minuman yang kita suka. Utamanya kau dengan keripik singkongmu dan aku dengan kopi tiramisuku.

Kawan, menurutmu, saat pagi menjelang, siapa yang lebih berhak mendapatkan udara segar gratis dari Tuhan? Para perokok di jalanan atau pasien di rumah sakit dengan tabung oksigen berbayar? Para kuli bangunan yang bekerja demi anak istri atau para mahasiswa yang berangkat lebih awal untuk posisi brilian saat ujian? Mari kita bicarakan, siapa tau bisa jadi orang yang lebih bijak di kemudian hari dan tidak pernah menganggap remeh permasalahan di pagi hari.

Sebelum kita lanjutkan, boleh aku minta sedikit keripik singkongmu? Cemilan lain seperti tak menarik seleraku. Nanti, kuberi kau dua teguk kopi ini. Ingat, tak lebih dari dua teguk!

Kawan, kau pernah sakit hati? Dengan keluargamu, mantan kekasihmu, atau bahkan barangkali aku pernah melukai hatimu tanpa aku sadari? Bagaimana rasanya? Pasti kau berikir bahwa kaulah korban sesungguhnya dari kejadian tersebut. Kaulah satu-satunya pihak yang tersakiti. Tak apa. Klasik. Kadang pun aku begitu. Tapi jika ingin dipikir-pikir, apa tujuan kita mendramakan hal itu? Agar dikasihani orang-orang? Ah kuno. Ternyata kita kuno dengan terus-menerus beranggapan bahwa yang-sakit-itu-aku-dan-bukan-kamu-dan-bukan-kalian. Kita sudah seharusnya berjanji untuk tidak melakukannya lagi. karena apa yang kita pikir sulit, apa yang kita rasa sakit, maka kenyataan akan datang begitu. Ada bagian diri kita yang harus “bergerak” dengan leluasa. Berikan hak mereka.

Keripik singkongmu semakin menipis. Dasar tukang makan! Mancung mana, hidung atau perutmu?

Kawan, menurutmu, siapa yang lebih berhak bahagia, kau atau ibumu? Kau yang mempunya ibu cantik nan lemah lembut dan rajin membangunkanmu saat subuh padahal usiamu sudah masuk kepala dua atau ibumu yang melahirkan anak lelaki berwajah tegas ditambah sedikit semburat lugu dengan rasa sayang yang tak diragukan? Apa kau bilang? Siapa yang lebih bahagia? Ayahmu? Karena memiliki kau dan ibumu? Dasar kau anak pandai. Ajari aku bagaimana menciptakan humor tanpa perlu mengobrak-abrik isi otakku.

Tidakkah kau bosan dengan pertemuan kali ini? Lagi-lagi kau dengan keripik singkongmu dan aku dengan kopi tiramisuku. Kalau aku, tidak. Terkadang seseorang butuh orang lain yang bisa menerima semua hal membosankan yang melekat pada dirinya. Tidakkah kau begitu? Tidak?! Dasar kau sombong! Kau tau? Keripik singkong itu yang bosan padamu. Percaya padaku!


Aku? Tentu tidak :)


Tangerang, 4 Maret 2014, 20:01

Tidak ada komentar:

Posting Komentar