Ibu, mari bicara. Maaf jika aku telah lancang melukai hatimu. Padahal aku tau, kau telah menghabiskan sebagian hidupmu untuk membantuku. Membantu aku hidup dan memaknai kehidupan. Maaf jika terkadang aku tak menjalankan perintahmu. Semata bukan aku tak ingin. Tapi tunggulah beberapa detik. Biarkan aku menarik-hembuskan udara ini barang semenit. Kau merupakan komandan terhebat, Bu. Semua tugas dari Tuhan kau laksanakan dengan baik. Seberat apapun itu. Maafkan jika aku belum menjadi apa yang selama ini engkau cita-citakan. Belum menjadi apa yang baik menurutmu. Aku selalu berkilah dan bertindak sesuai apa yang baik menurutku. Semuanya butuh proses. Dan waktu. Maafkan jika sampai dewasa ini aku tetap egois. Aku tetap tak ingin menjadi guru atau seorang ekonom. Atau pegawai negri bahkan profesor. Tidak Bu, kau memang tidak memaksa. Biarkan aku terus bicara. Maafkan jika aku tak pernah memberimu apa-apa. Sekalipun itu hadiah mungil di hari ulang tahunmu. Atau hadiah sebesar bom di hari ibu. Maafkan jika caraku menggapai masa depan tak seperti yang kau inginkan. Ini proses, Bu. Kau boleh menegur saat aku tak lagi di jalan yang seharusnya.
Maafkan jika hatiku tak sejalan dengan hatimu. Semua hanya butuh waktu.
Dariku, yang menyayangimu.
17.44
16062012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar