Hallo sayang,
Maaf beberapa waktu terakhir ini aku teramat sibuk di
kantor. Maaf seminggu ini aku hanya bisa pulang ke rumah satu kali. Maaf aku
hanya bisa menelponmu barang dua menit. Karena benar saja, menjelang
pemeriksaan oleh pusat segala yang ada di kantor berubah sensitif. Setiap orang
terlihat pesimis. Bahkan mereka terpaksa menyeduh kopi manis agar pikirannya
tak selalu kritis. Kusut memang. Tapi pecayalah, aku akan pulang dengan
setumpuk rindu-rindu yang sudah tak sabar ingin kau peluki satu persatu.
Bagaimana anak-anak kita? Selama aku tidak di rumah mereka
tetap manis bukan? Jika mereka tanyakan di mana papanya, jawab saja aku ada di
sekitar sini. Sedang membuat kejutan. Ah semoga mereka mengerti. Ketika pulang
aku ingin mampir sebentar ke toko mainan di tengah kota. Akan aku belikan
beberapa mainan baru untuk anak-anak kita. Aku yakin pasti sebenarnya kau
melarang jika aku terlalu sering membelikan mainan. Tak apa, Sayang. Selama kita
bermain bersama mereka, aku percaya mereka akan paham apa arti mainan yang
sebenarnya.
Oh ya, apakah pagimu masih seceria seperti biasanya? Aku harap
begitu. Suaramu dari telpon pagiku selalu menggambarkan itu. Sekarang kau tidak
perlu repot menyeduhkan aku kopi. Kau bisa lebih lama bersama anak-anak. Sarapan
dan minum susu bersama. Di sini, aku seduh kopiku sendiri. Dan tidak lebih
nikmat dari seduhanmu. Rasanya tak hanya pahit. Tapi banyak sekali disesapi
rindu. Asapnya menjelma wajahmu. Gelasnya seakan rindu usapan lembut tanganmu.
Selama di sini, soreku selalu monoton. Hanya gedung tinggi. Dan
langit yang tak begitu seksi. Senjanya ada, tapi seakan tak terlihat. Semuanya hilang
rasa ketika aku sendiri. Dan benar saja, hadirmu memang seharusnya untuk
melengkapi. Setelah kau menerima surat ini, buatlah secangkir teh kesukaanku. Karena
saat menulis pun aku sedang merindukan seaduk demi seaduk teh hangat buatanmu.
Salam.
*Hari ke-27 #30HariMenulisSuratCinta
folobek blog saya master, mohon bimbingannya. yoroshiku onegaishimasu
BalasHapus