Suami-istri ini luntang-lantung
di rumah sendiri. Perut lapar. Dua hari tak makan. Sekarang banyak lalat yang
hinggap di piring kotor. Dapur mereka
sangat menjijikan. Lantainya yang semula putih telah berubah jadi kekuningan. Tempat
mencuci piringnya bagaikan Bantar Gebang. Sang istri berdoa, Tuhan, tolong turunkan malaikat yang tangannya
gesit mendandani semua piring ini!
Seminggu kemudian, mereka hampir
mati. Hanya oksigen yang masuk ke dalam paru. Lambung mulai mengkerut. Tak lagi
membentuk perut. Tak ada tetangga yang membantu. Tak mau merugi lagi karena kehilangan
piring, sendok dan garpu. Yang mereka lakukan hanya terus berdoa.
Sepi. Hening. Bau. Mereka
berasumsi akan mati dua detik lagi. Napas mereka satu-satu. Mata tak lagi
menangkap sedikitpun cahaya. Mereka berpegangan. Berharap bisa mati dalam
keadaan lebih terhormat. Tapi apa daya. Piring kotor di dapur seakan
menghantui. Ingin melumat habis mereka. Ah, tunggu! Mereka merasakan ada
seseorang yang datang. Itu! Di pojok ruangan. Seorang perempuan dengan gaun
putih sampai mata kaki. Rambutnya hitam legam dikucir kuda. Jemarinya lentik
dengan kuku yang seakan sedang duduk manis. Cantik. Sangat cantik. Tuhan,
apakah ini yang kami pinta sejak dulu? Seorang malaikat yang kelak akan mencucikan
semua piring kotor di dapur? Amboi! Tapi ini bidadari. Ya kan, Tuhan? Kau anugerahi
kami bidadari? Teriak sang suami dalam hati. Sang istri berusaha memeluk suami.
Mereka terharu. Mereka yakin dua detik lagi akan makan dengan piring yang
bersih.
Sang bidadari berjalan anggun
menuju dapur. Tak ada sedikitpun raut kejijikan dari wajahnya. Tetap tersenyum.
Perlahan menuangkan cairan pencuci piring. Mengambil spons dan dengan lihainya
memoles semua piring kotor. Voila! Dua detik kemudian semuanya sudah bersih. Cit
cit cit! Begitu bunyi
permukaan piringnya. Ditengok keadaan sang suami dan istri. Bidadari tersentak. Belum sempat makan
enak, dengan piring yang bersih, mereka telah dipanggil Tuhan. Bidadari menangis
sejadi-jadinya. Apa gunanya ia bersihkan semua piring jika mereka akhirnya mati
juga. Dengan sekuat tenaga, bidadari kuburkan sepasang kekasih ini dalam satu
lubang di halaman belakang. Tak
lupa semua piring yang berdecit dimasukkan ke dalamnya. Lantas bidadari pergi. Bersama sebuah piring dengan noda
darah di permukaannya. Aku mengambil sedikit darah mereka sebagai
kenang-kenangan, ujarnya.
19.00
09112012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar