Maimunah: “Rus, aku udah bilang ke si Joko itu, masih
banyak ikan di laut. Kayaknya dia sayang banget sama Tini, tapi nggak tau
perasaan Tini gimana.”
Rusmini: “Iya. Ya gimana. Untuk urusan hati, nggak bisa maksain.”
Maimunah: “Sadar gak sih, seharusnya kita nggak kayak
gini, sayang sama orang yang nggak sayang sama kita. Kita harus berhenti…. :(”
Rusmini: “Hm… yang kita harus lakukan adalah berhenti
nasihatin orang untuk move on sementara kita masih kejebak sama perasaan
sendiri.”
Maimunah: “Iya, Rus… Aku bisa dengan mudah bilang kayak
gitu ke Joko, tapi aku sendiri nggak bisa ngelakuinnya. Kita harus berhenti
mengejar, Rus.”
Rusmini: “…….”
Maimunah: “Kita cuma perlu berhenti mengejar. Tapi untuk
mencintai, tetep nggak bisa dipaksa untuk berhenti :)”
Rusmini: “Ah… :)”
Percakapan seperti di atas, bagi gue, agak jenaka. Tentang
bagaimana orang-orang yang merasakan hal yang sama, saling dipertemukan. Mereka yang suka
mobil antik, pada akhirnya akan berkumpul dengan mereka yang juga suka mobil
antik. Mereka yang kesulitan isi KRS pada akhirnya akan saling dipertemukan di
ruang dosen pembimbing akademik. Mereka yang sayang sama orang yang tidak
menyayangi mereka pun pada akhirnya dipertemukan, dan ujung-ujungnya akan
saling curhat. Entah saat makan siang, kuliah atau diskusi sambil santai tapi
banyakan santainya.
Ada yang bilang, kebetulan itu sebenernya nggak ada. Yang
ada ya takdir. Bagaimana cara mencapainya, karena sama-sama suka mobil antik atau sama-sama sayang ke orang yang
nggak sayang sama dia, tetep disebut takdir. Bukan kebetulan. Biasanya juga,
mereka yang merasakan hal yang sama akan punya ikatan tersendiri. Contohnya,
cewek-cewek baru saling kenal di kuliahan, sama-sama maba. Udah kuliah dua
bulan, mulai terjalin obrolan-obrolan yang makin mendalam.
A: “Eh, lo kenal
gak sama si Z?”
B: “Oh iya,
kenal. Pas ospek, gue sekelompok sama dia. Kenapa emang?”
A: “Kok dia
orangnya begini ya? Masa waktu bla bla bla, gue nyenggol bla bla bla-nya dia,
eh dia malah bla bla bla banget. Gila. Padahal gue bla bla bla”
B:
“Serius???????? Lo sebel sama dia??? Iiiiiiihhh gue juga kaliiiiiiiiiiii. Pas
pertama ngobrol, dia bla bla bla asik gitu. Tapi kok lama-lama bla bla bla
malesin ya. Dia ngomong terus bla bla bla. Kuping gue bla bla bla”
A: “Iya
kaaaaaaan?? Bla bla bla”
((sampai dua hari
kemudian belum selesai juga
percakapan ini))
Mereka bertemu, mereka klop, mereka click, karena
membenci seseorang yang sama. Kalo takdir mempertemukan mereka yang sama-sama
bahagia, it’s okay, it’s love. Lantas, gimana dengan Maimunah, Rusmini
dan Joko, yang sama-sama sayang ke orang yang nggak sayang sama mereka? Mereka bisa
saling menasihati, tapi nggak bisa menjalankan nasihat itu.
Gue jadi mulai mikir, hidup ini memang seneng banget
bercanda. Di saat tiba-tiba perasaan itu datang –entah mulai kapan, entah dari
mana-, di saat lo sering ngalamin the-duduk-sebelahan-sama-dia-aja-udah-seneng-moment,
di saat lo mencoba membahagiakan dia, saat itu pula ternyata dia sedang mencoba
membahagiakan yang lain juga. Lucu. Iya. Terlebih hidup yang lucu itu nggak
bisa lepas dari sesuatu yang namanya cinta.
Gue inget buku kumpulan puisinya Tere Liye yang berjudul Dikatakan
atau Tidak Dikatakan, Itu Tetap Cinta. Isinya jenaka, ringan, bikin
senyum-senyum terus angguk-angguk. ”Perasaan adalah perasaan. Cinta adalah
cinta. Meski tidak kita bilang, tetap saja cinta. Bahkan kalaupun cinta itu
ditolak, dihina, dibanting, dia sungguh tetap cinta. Paling disebut dengan
cinta tak sampai, cinta terpendam.” Itu yang dibilang sama Tere Liye di salah
satu puisinya. Terus gue mikir, mikir, mikir. Kok Tere Liye bener sih. Rasanya
mau salim sama beliau. Salam takzim!
Kutipan di atas berasal dari Instagram-nya Bernard Batubara (@benzbara_), seorang penulis muda yang lagi melejit banget namanya. Desember ini, Bang Bara mau ngeluarin buku baru lagi yang berjudul Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri. Baca judulnya aja nadi gue udah tersayat dikit :(
Postingan ini intinya apa? Nggak ada. Eh ada deng. Eh terserah sih sama para pembaca ini ((iya kalo ada yang baca selain gue)). Intinya ya.... gue nggak tau :( maafin gue :(
PS: we all aren't a diver, but lover. Keep calm because we're in the same line.
~nowplaying Heal The World - Michael Jackson