Salam.
Jika aku adalah seorang lelaki, maka benar adanya aku
tuliskan ini untukmu, perempuanku.
Apa kabarmu, Sayang? Anggap saja aku baru kembali setelah
bertahun-tahun mencoba peruntungan diri. Aku mencari kesenangan. Ternyata
kesenangan ada di jariku. Aku menulis. Dan aku senang. Sesederhana itu saja
rupanya. Aku mencari jalan pulang. Ternyata jalannya sudah ada. Setapak demi
setapak. Tinggal aku yang menjejakinya dengan gagah.
Ibumu apa kabar? Daster bunga-bunga yang warna ungu itu
masih ada? Yang aku tau itu adalah pakaian kesukaannya. Dan aku tau pula itu
hadiah darimu sebagai kado ulang tahunnya saat usia beliau tak lagi muda. Aku merindukan
ibumu. Layaknya aku rindu ibuku sendiri.
Aku percaya, istimewanya setiap wanita ada pada rahim mereka. Maka aku tak
heran jika kamu ingin jadi seperti ibumu. Yang rahimnya hangat bahkan tanpa
selimut dan susu.
Apa saja yang kamu kerjakan selama ini? Aku mengerjakan
banyak hal ketika jauh darimu. Aku memotong kayu semata agar aku bisa membangun
rumahku bersamamu. Rumah kita. Aku memotong rumput agar aku paham seberapa
tinggi rumput liar harus dipangkas sehingga halaman rumah kita tetap cantik, seperti
kamu. Aku memasak sendiri agar ketika kamu jatuh sakit kita masih bisa makan
sup hangat bersama. Aku suapi kamu. Dua detik kemudian kamu sembuh dari sakitmu.
Sesederhana itu.
Ah aku terlarut sekali dalam perbincangan tentang kita. Tapi
aku tetap ingin punya anak lima, sementara kamu hanya ingin dua. Ini lucu. Kita
mengkhayal sejauh mata memandang, sepanjang pikiran mengenang. Aku tak takut
bermimpi setinggi apapun, asalkan itu bersamamu. Jatuh pun masih denganmu. Selain
lucu, ini juga indah. Tuhan menyaksikan kita dan tersenyum dari singgasana-Nya.
Sampai detik ini, masihkah kamu mengkhayalkan aku? Jika masih,
maka kamu tetap perempuanku.
Salam,
Lelakimu.
*Hari ke-6 #30HariMenulisSuratCinta
aaakk Ulfa.. ini so sweet abis! :')
BalasHapusaaaaakk kamu juga so sweet kak :')
Hapus